Powered by Blogger.

makalah proses Pembuatan Kertas Dari Enceng Gondok



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Eceng Gondok (Eichornia crassipes) termasuk dalam kelompok gulma perairan. Tanaman ini memiliki kecepatan berkembang biak vegetatif yang sangat tinggi, terutama di daerah tropis dan subtropis. Eceng gondok adalah salah satu jenis tumbuhan air yang pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh ilmuwan bernama Karl Von Mortius pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di sungai Amazon Brazilia.
Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Eceng gondok ini sering tumbuh di danau, waduk, ataupun rawa. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
Eceng gondok yang berkembang di Rawapening, salah satu obyek wisata di Ambarawa Jawa Tengah saat ini telah mencapai jumlah yang sangat diri terhadap perubahan keadaan lingkungan. Satu batang eceng gondok dalam waktu 52 hari mampu menghasilkan tanaman baru seluas 1 m2. Bisa dibayangkan, selama 106 tahun berada di bumi Indonesia eceng gondok telah menyebar ke seluruh perairan yang ada dan memenuhi setiap jengkalnya, baik waduk, rawa, danau, maupun sungai. Berbagai gangguan yang banyak. Dari permukaan air Rawapening yang berkisar 7200 hektar, ± 6000 hektar diantaranya tertutup eceng gondok. Tertutupnya permukaan perairan menyebabkan berkurangnya jenis binatang air dan pendapatan petani serta pengunjung wisata daerah tersebut. Meskipun cukup merepotkan, keberadaan eceng gondok bisa juga bermanfaat secara komersial. Tak seorang pun dapat menduga sebelumnya, bahwa usaha pemerintah yang habis-habisan untuk  membasmi eceng gondok yang belum mencapai hasil yang optimal justru membuahkan penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan tambahan penghasilan dari penggunaan eceng gondok. Batang eceng gondok dapat dijadikan sebagai bahan baku produk kerajinan anyaman yang dapat dikomersialkan. Hanya dengan berbekal ketrampilan yang mudah dipelajari, didukung dengan kemauan, kreatifitas dan seni, maka eceng gondok dapat diolah menjadi kerajinan tas, sepatu, sandal, keranjang, tempat tissue bahkan dapat dibuat mebel seperti kursi, meja dan sofa.
Eceng gondok di Rawapening tersedia dalam jumlah yang sangat besar, namun belum banyak pengrajin atau pengusaha kerajinan yang memanfaatkannya. Saat ini baru 3 orang pengrajin sekaligus pengusaha kerajinan eceng gondok yang memanfaatkannya. Ketiga pengrajin tersebut memiliki spesialisasi produksi yang berbeda, yang pertama sepatu dan sandal, kedua kerajinan tas, nampan, tempat kue, tempat tissue serta keranjang, yang ketiga khusus meja dan kursi. Kerajinan eceng gondok ini merupakan kerajinan yang unik, karena selama ini eceng gondok dianggap sebagai sampah dan hama diperairan, namun ternyata dapat berubah menjadi komoditi usaha yang menjanjikan jika dolah menjadi berbagai jenis kerajinan yang menarik, berseni dan berdaya jual tinggi.

1.2    Rumusan Masalah
1.    Kandungan zat apa yang terdapat pada eceng gondok sehingga dapat dibuat kertas seni?
2.    Teknologi seperti apa yang dilakukan dalam pembuatan kertas seni menggunakan eceng gondok?
3.    Selain dimanfaatkan sebagai kertas seni, enceng gondok dapat dimanfaatkan untuk kerajinan apa?

1.3    Tujuan
Tujuan pembuatan kerajinan kertas seni dari eceng gondok ini adalah:
1.    Menyediakan bahan belajar tentang cara membuat kerajinan eceng gondok.
2.    Memberikan informasi tentang usaha produksi kerajinan eceng gondok.
3.    Memperkenalkan kepada masyarakat tentang kerajinan eceng gondok.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Eceng Gondok
Eceng  gondok  merupakan  gulma  yang  tumbuh  di  wilayah  perairan  yang hidup terapung pada air yang dalam atau mengembangkan perakaran di dalam lumpur pada  air  yang  dangkal. Gulma  air  tersebut  juga  banyak  terdapat  di waduk-waduk (Artati, 2006).
Eceng  gondok  berkembang  biak  dengan  sangat  cepat,  baik  secara  vegetatif maupun  generatif. Perkembangbiakan  dengan  cara  vegetatif  dapat  melipat  ganda dalam  waktu  7-10  hari.  Enceng  gondok  merupakan  tanaman  asli  Brazil  yang didatangkan  ke  indonesia  tahun  1894  untuk  melengkapi  koleksi  tanaman  di  Kebun Raya Bogor. Tanaman  ini telah  menyebar ke seluruh perairan  yang ada, baik waduk, rawa,  maupun  sungai  di  perairan  Jawa,  sumatera,  Kalimantan  dan  daerah  lainnya (Suprapti, 2008).
Hasil penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Sumatera Utara di Danau Toba (2003) melaporkan bahwa satu batang eceng gondok dalam waktu 52 hari mampu berkembang seluas 1 m2, atau dalam waktu 1 tahun mampu menutup area seluas 7 m2 (Pasaribu, 2007).
Pemanfaatan  enceng  gondok  sebagai  bahan baku  pembuatan  papan  partikel  merupakan  salah  satu  alternatif  manfaat  yang memberikan nilai tambah eceng gondok bagi masyarakat. Dengan bertambahnya cara pemanfaatan  eceng  gondok  maka  populasinya  diharapkan  dapat  dikontrol,  sehingga permasalahan  yang  timbul  sebagaimana  yang  dipaparkan  sebelumnya  dapat  diatasi (Santoso, 2005).

2.2 Proses Pembuatan Kertas
Tahapan utama dan proses sederhana dalam pembuatan pulp dan kertas adalah sebagai berikut (Manarisip, 2001):


A.      Pembuatan  Bubur Kertas
Pembuatan bubur kertas yaitu pulp direndam dalam air, dihaluskan hingga menjadi bubur. Dalam tangki pencampur, pulp dicampur dengan air men6jadi slurry. Slurry kemudian dibersihkan lebih lanjut dan dikirimkan ke mesin kertas. Bubur kertas sambil diaduk ditambahkan bahan penolong yaitu kanji, rosin dan aluminium sulfat (kanji untuk daya rekat kertas sedangkan rosin dan aluminium sulfat untuk daya serap air supaya tidak blobor).

B.       Pembentukan lembaran
Bubur kertas hasil pencampuran dibuat lembaran menggunakan cetakan dari kasa 200 mesh dengan ukuran panjang dan lebar sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Tiriskan bubur  kertas di atas kasa menggunakan bahan penyerap. Apabila akan diterakan motif/corak  tertentu pada permukaan lembaran, lakukan penirisan sebagian air kira-kira  1 cm di atas kasa, kemudian atur motif sesuai keinginan, dan tiriskan air yang tersisa.

C.       Pengepresan
Lembar kertas yang diangkat dari kasa masih banyak mengandung air dan harus dikeluarkan. Untuk mengurangi  kandungan air tersebut dilakukan pengepresan dengan alat pres manual sampai air tidak menetes lagi dari lembaran, kira-kira sampai kadar air 40 %.

D.      Pengeringan
Untuk mendapatkan kertas yang kering, tahap terakhir dilakukan pengeringan  dengan cara dijemur atau dianginkan.

2.3 Manfaat Dan Kerugian Yang Ditimbulkan Eceng Gondok
Kemampuan perkembangbiakannya yang  tinggi dan penyesuaian dirinya yang baik pada berbagai iklim membuat tanaman ini telah tersebar  luas di dunia terutama di negara-negara tropis dan subtropis.  Penanggulangan tanaman ini sangat sukar sehingga terus menerus menimbulkan problema-problema yang berhubungan dengan navigasi, control banjir, agrikultur, irigasi dan drainase, nilai dari tanah, konservasi satwa liar, perikanan, suplai sumber air, kesehatan lingkungan dan lainnya sehingga pantaslah apabila tanaman ini digelari  sebagai “Gulma (tanaman pengganggu) terburuk di dunia” dan “Gulma dengan biaya pengelolaan jutaan dollar”. Kondisi merugikan yang timbul sebagai dampak pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali di antaranya adalah (Taufikurahman, 2008):

1.    Meningkatnya evapontranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman), karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya yang cepat.
2.    Menurunnya jumlah cahaya yang masuk ke dalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved Oxygens).
3.    Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.
4.    Meningkatnya habitat bagi faktor penyakit pada manusia.
5.    Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.
Eceng gondok dapat juga dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas air yang tercemar, khususnya terhadap limbah  domestik dan industri sebab eceng gondok memiliki kemampuan menyerap zat pencemar yang lebih baik dibandingkan jenis tumbuhan lainnya. Eceng gondok merupakan sumber lignoselulosa yang dapat dikonversi menjadi produk yang lebih berguna.











BAB III
PROSES PEMBUATAN KERTAS

Panjang ataupun pendeknya serat sangat mempengaruhi kekuatan kertas dan pembentukan formasi serat pada kertas. Dimensi yang sesuai dalam lembaran kertas akan memberikan formasi serat yang baik, yaitu ditandai dengan bila diterawang, maka pada formasi kertas kelihatan tidak berawan. Sehingga akan memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap kekuatan retak (bursthing strength), sesuai dengan karakter sifat-sifat fisik kertas. Dari percobaan-percobaan yang telah dilaksanakan dapat diketahui, bahwa serat eceng gondok mempunyai pembentukan formasi serat yang baik, yaitu ditandai dengan tidak terjadinya penyusutan dimensi kertas di atas cetakan, yaitu tetap melekat pada cetakan setelah kering.

3.1    Rendemen Kertas
Untuk basis 1,5 kg eceng gondok kering yang diambil dari rawa Martubung, dilakukan pemasakan dengan menggunakan larutan NaOH 2,5%. Setelah dilakukan pengeringan  diperoleh  pulp kering eceng gondok sebesar 337,5 gram atau 0,3375 kg. Rendemen pemasakan pulp eceng gondok diperoleh 22,5%. Dengan perlakuan yang sama eceng gondok yang berasal dari Danau Toba rendemennya sebesar 22,0% dan eceng gondok yang berasal dari rawa Simalingkar diperoleh rendemen  21,5%. Perbedaan besar rendemen dari 3 lokasi yang berbeda diakibatkan oleh kesalahan dan  kekurang hati-hatian saat melakukan penghalusan yang tidak merata dan penyaringan serta pencetakan dan dipengaruhi banyaknya kandungan logam.  Rendemen ini tergolong rendah kalau dibandingkan pulp yang  berasal dari kayu yang bisa mencapai 80 – 90 %.

3.2    Ketebalan Kertas
Sampel yang diukur adalah ukuran luas 10 x 10 cm dan dipilih kertas yang terbaik. Pengukuran dilakukan sebanyak 4 kali untuk memperoleh  hasil yang lebih akurat. Pengukuran dilakukan pada jarak 10 mm  dari tepi kertas dengan tempat yang berbeda.

3.3    Teknologi Pengolahan Eceng Gondok Sebagai Kertas Seni
Teknologi pengolahan eceng gondok sebagai bahan baku kertas seni sangat sederhana. Untuk meningkatkan mutu kertas yang diproduksi, kertas eceng gondok dicampur dengan  pulp  kertas bekas.  Prosedur pembuatan kertas daur ulang campuran eceng gondok dan kertas  bekas ditunjukkan pada Gambar 1.



1.    Penyediaan Bahan Baku
Bahan baku eceng gondok diambil dari pinggiran Danau Toba.  Bagian tumbuhan ini yang diambil adalah bagian batangnya saja, dengan asumsi di bagian batang inilah terdapat paling tinggi seratnya.  Bagian pangkal dan daun sebenarnya dapat juga digunakan, akan tetapi dapat menimbulkan sedikit kesulitan dalam proses penggilingannya.  Bagian daun relatif lebih susah digiling/diblender.
Bagian batang eceng gondok ini kemudian dirajang dan dikeringkan sampai mencapai kering udara.  Proses ini di maksudkan agar pada saat pemasakan, NaOH dapat diserap dengan baik oleh eceng gondok.  Di samping itu, proses pengeringan ini diperlukan untuk mengurangi volume dari eceng gondok yang sangat volumenous.   Dari kegiatan penelitian yang dilakukan diketahui kadar air eceng gondok segar sebesar 1.676,56% atau mengandung air sebanyak 94,25%, dengan rendemen  pulp  dalam kondisi kering tanur sebesar 3,6%.   Dari pemanenan seluas 1 m2 eceng gondok mempunyai bobot segar sebesar 28 kg yang sebagian besar (84%) berupa batang.  Panjang batang/pelepah dapat mencapai 87 cm dengan diameter antara 1-3 cm.  Dilihat dari angka tersebut diketahui rendemen yang dihasilkan sangat rendah. Kemungkinan karena hal inilah yang menyebabkan bahan baku ini kurang diminati dalam rangka produksi kertas dalam skala besar, walaupun potensi dan perkembangbiakan dari eceng gondok ini tergolong tinggi.

2.    Proses Pulping Eceng Gondok
Eceng gondok yang sudah dalam keadaan kering udara dimasak dalam tong pemasak dengan perbandingan 1 kg eceng gondok : 4 lt air : 10 gr NaOH.  Pemberian NaOH dimaksudkan untuk mempercepat proses pemisahan serat. Proses pulping/pemasakan dilakukan pada suhu air mendidih selama 3 jam.  Pada masa 3 jam ini berakhir, akan didapat eceng gondok dalam bentuk bubur yang menyatu dengan air.  Untuk menghilangkan NaOH ini dilakukan pencucian sampai bersih, agar tidak meninggalkan bau dari larutan pemasaknya.  Sisa larutan pemasak dapat digunakan kembali dalam proses pemasakan berikutnya.

3.    Proses Penggilingan Kertas Bekas
Proses penggilingan kertas bekas yang sudah direndam, dilakukan terpisah dengan proses penggilingan eceng gondok.  Pada saat penggilingan kertas bekas, ditambahkan perekat PVAc kurang lebih 5%  dari berat kertas. Proses penggilingan juga masih dilakukan pada  pulp  eceng gondok, mengingat pada proses  pulping tidak dapat menghasilkan serat-serat lebih halus dan seragam. Dari segi teknis produksi, kertas koran bekas lebih mudah digiling, akan tetapi lebih susah dalam pewarnaan.  Waktu pencetakan lembaran lebih lama karena pengaruh serat-serat pendek dari kertas koran yang menyulitkan air keluar.  Kertas bekas berwarna putih seperti HVS lebih susah digiling akan tetapi lebih mudah dalam pewarnaan dan proses pencetakan lembaran.

4.    Pencetakan Lembaran
Proses pencetakan lembaran dimulai dengan melakukan pengenceran  pulp  kertas bekas dan pulp  eceng gondok.  Persentase dari campuran pada intinya dapat dilakukan pada tingkat yang berbeda-beda tergantung hasil kertas yang kita inginkan. Untuk lebih menonjolkan serat dari eceng gondok, dibuat persentase eceng gondoknya lebih besar.  Pewarnaan  dapat dilakukan sebelum proses pengenceran dan diupayakan dikondisikan beberapa jam agar warna yang diberikan dapat diserap dengan baik oleh pulp.  Pengenceran adonan campuran pulp ini perlu dilakukan agar dapat diproduksi  kertas yang tipis.  Karena alat yang digunakan adalah  manual, maka ketebalan kertas yang dihasilkan akan sangat variatif antar kertas maupun dalam satu lembaran kertas.  Perlu keterampilan dan pengalaman agar pada proses pencetakan dapat menghasilkan ketebalan kertas yang relatif seragam. Sebagai gambaran produksi, dari hasil percobaan pengolahan 1 kg eceng gondok kering dapat menghasilkan 262 lembar kertas seni dengan ukuran 330 x 215 x 0,21 mm.

5.    Pengeringan Kertas
Dengan menggunakan screen, kertas dicetak dan dipres pada selembar kain yang ditempatkan pada bidang yang kaku. Proses pengeringan dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari. Dalam keadaan matahari terik, selama 1 jam kertas sudah dalam kondisi kering. Apabila kondisi mendung, dapat juga dilakukan pengeringan dalam ruangan dengan jalan diangin-anginkan, walaupun kelihatannya kualitas kertas di bawah sinar matahari lebih bagus.  Untuk skala yang lebih besar perlu dipikirkan untuk membuat alat pengering misalnya dengan membuat ruang pengering dari plat/kaca atau dengan mengkombinasikan dengan tungku pembakaran.

6.    Kualitas Kertas
Pemanfaatan kertas seni umumnya sebagai kertas seni, sehingga penilaian kualitas kertas didasarkan pada keindahan relatif dari kertas.  Berbeda dengan penilaian kualitas kertas sebenarnya yang  menilai kualitas dari kekuatan tarik, kekuatan sobek, gramatur, dan lain-lain.  Kertas seni dengan campuran eceng gondok memiliki penampilan yang lebih indah karena menampilkan serat-serat yang muncul di permukaan kertas.  Berbeda dengan kertas tanpa campuran eceng gondok, kurang memiliki nilai artistik yang tidak jauh beda dengan kertas-kertas biasa.

3.4    Pemanfaatan Eceng Gondok
Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas karena mengandung serat/selulosa (Joedodibroto, 1983 dalam Fahmi 2009). Pulp eceng gondok yang dihasilkan berwarna coklat namun dapat diputihkan dengan proses pemutihan (bleaching). Pulp juga dapat menyerap zat pewarna yang diberikan dengan cukup baik, sehingga berbagai variasi warna kertas dapat dihasilkan melalui proses ini bagian tumbuhan eceng gondok setelah dikeringkan ternyata bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan tas wanita yang cantik, kopor, sendal, keranjang (tempat pakaian bekas), tatakan gelas, tikar, nampan dan sebagainya. Malah belakangan ini banyak dimanfaatkan untuk mendukung industri mebel den furniture, sebagai pengganti rotan yang harganya semakin melangit. Hingga saat ini sudah banyak daerah yang mampu mengembangkan eceng gondok untuk pembuatan barang-barang kerajinan, mebel den furniture. Antara lain di Purbalingga, Dl Yogyakarta, sekitar Kota Solo, Cirebon, Lampung, Surabaya dan Bali. Bahkan sebagian barang-barang kerajinan eceng gondok dengan model dan kualitas tertentu, banyak diekspor ke Eropa dan Amerika Serikat yang semakin gandrung dengan barang-barang produksi dari bahan-bahan alami (back to nature).






BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pemaparan yang telah dijelaskan mengenai proses pembuatan kertas menggunakan eceng gondok, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.    Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas karena mengandung serat/selulosa.
2.    Pemanfaatan lain yang dapat dilakukan pada pengolahan eceng gondok yaitu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan tas wanita yang cantik, kopor, sendal, keranjang (tempat pakaian bekas), tatakan gelas, tikar, nampan dan sebagainya.

4.2 Saran
Sebaiknya dalam pemanfaatan eceng gondok dilakukan secara maksimal. Karena hasil olahan berupa kertas seni atau lainnya dari eceng gondok dapat menghasilkan nilai tambah lebih bagi masyarakat.






DAFTAR PUSTAKA

Artati, E.K dan Fadilah. 2006. Delignifikasi Dengan  Proses Organosolv.   http://www.sirine.uns.ac.id/penelitian.php. Diakses tanggal 2 Januari 2013
Manarisip, J.M. 2001. Pemasyarakatan Pembuatan Kertas Seni. Menado
Pasaribu, G. 2007. Pengolahan  Eceng Gondok Sebagai Bahan Baku Kertas Seni. kalah Utama pada Ekspose Hasil-Hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang
Santoso, B. D, Saputra dan Prasetyo, R. 2005. Kajian  Eceng  Gondok  sebagai  Bahan  Baku  Industri  dan Penyelamat  Lingkungan  Hidup  di  Perairan.  Prosiding  Seminar  Nasional  IV Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI). Samarinda
Suprapti,  S.  2008. Adaptasi  Morfologi  Fisiologi  dan  Anatomi  Enceng  Gondok (Eichhornia  crassipes  (Mart  Solm)  di  Berbagai  Perairan  Tercemar. Universitas Dipenogoro
Taufikurahman, A. 2008. Prospek  Pemanfaatan  Eceng  Gondok  dalam  Industri Pulp dan Kertas. Berita Selulosa, 29 (1) : 3-7



1 comment

  1. Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.

    Salam,
    (Tommy.k)
    WA:081310849918
    Email: Tommy.transcal@gmail.com
    Management

    OUR SERVICE
    Boiler Chemical Cleaning
    Cooling tower Chemical Cleaning
    Chiller Chemical Cleaning
    AHU, Condensor Chemical Cleaning
    Chemical Maintenance
    Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
    Degreaser & Floor Cleaner Plant
    Oli industri
    Rust remover
    Coal & feul oil additive
    Cleaning Chemical
    Lubricant
    Other Chemical
    RO Chemical

    ReplyDelete

 

Blogroll

Most Reading